www.pusatkabar.id – Kehidupan di era modern ini semakin memunculkan fenomena rumah tangga yang terdiri dari satu orang. Hal ini terlihat di banyak negara, termasuk Jerman yang mencatat adanya peningkatan signifikan orang yang tinggal sendiri dalam dua dekade terakhir.
Menurut data terbaru, 17 juta penduduk Jerman atau sekitar 20,6% dari total populasi, kini hidup sendirian. Angka ini melonjak dari 14 juta atau 17,1% dua puluh tahun lalu, menunjukkan perubahan pola hidup yang menarik dan perlu dicermati lebih lanjut.
Di antara yang tinggal sendiri, kelompok usia lanjut menempati proporsi terbesar, dengan 34% dari mereka berusia di atas 65 tahun yang hidup sendiri. Sementara itu, angka ini meningkat menjadi 56% untuk mereka yang berusia 85 tahun ke atas, menunjukkan bahwa prospek hidup yang lebih lama membawa dampak pada dinamika keluarga.
Pola Hidup Sendiri di Berbagai Usia
Menarik untuk dicatat bahwa tren hidup sendiri juga terlihat di kalangan generasi muda. Sekitar 28% penduduk berusia 25-34 tahun tinggal sendiri, lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional. Hal ini menunjukkan bahwa baik generasi tua maupun muda merasakan kedinamisan kehidupan yang mendorong mereka untuk hidup sendiri.
Pemilihan untuk hidup sendiri juga bisa dipengaruhi oleh perbedaan gender. Data menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak yang tinggal sendiri dibandingkan laki-laki, dengan angka masing-masing 21,2% dan 20%. Hal ini mengindikasikan adanya kemungkinan faktor sosial yang mempengaruhi preferensi ini.
Rumah tangga satu orang kini menjadi jenis rumah tangga paling umum di Jerman, mencapai 41,6%. Proyeksi menunjukkan bahwa angka ini dapat melampaui 45% pada tahun 2040, jauh di atas rata-rata Uni Eropa yang sekitar 16,2%. Negara-negara dengan proporsi lebih tinggi dari Jerman terdiri dari Finlandia, Denmark, Swedia, Estonia, dan Lituania, yang juga menunjukkan pola serupa.
Fakta Menarik Mengenai Tinggal Sendiri di Indonesia
Di Indonesia, kondisi serupa juga mulai terlihat, meski dalam angka yang lebih rendah. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023 menunjukkan bahwa lebih dari 2,3 juta lansia di Indonesia tinggal sendiri, yang berjumlah sekitar 7,10% dari populasi lansia nasional. Ini menunjukkan bahwa meski berbeda, tren rumah tangga satu orang mulai muncul di tanah air.
Rumah tangga satu orang di Indonesia lebih umum ditemukan di wilayah perkotaan yang berkembang. Hal ini berkaitan dengan pengertian rumah tangga menurut BPS, yang tidak hanya terbatas pada jumlah anggota tetapi juga mencakup dinamika sosial yang ada di dalamnya. Namun, data spesifik mengenai orang non-lansia yang tinggal sendiri di Indonesia masih belum tersedia.
Tinggal sendiri juga memiliki dampak yang tidak bisa diabaikan. Di Jerman, sekitar 25% dari mereka yang hidup sendiri mengaku sering merasa kesepian, jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata populasi berusia di atas sepuluh tahun sebesar 16,3%. Ketidakhadiran interaksi sosial bisa mengakibatkan kondisi mental yang kurang baik, terutama di kalangan generasi muda yang berisiko lebih tinggi mengalami kesepian.
Dampak Sosial dan Ekonomi dari Hidup Sendiri
Secara ekonomi, mereka yang hidup sendiri bisa menghadapi risiko lebih tinggi. Pada tahun 2023, sekitar 29% dari individu yang tinggal sendiri teridentifikasi sebagai berisiko mengalami kemiskinan, angka ini hampir dua kali lipat dibandingkan rata-rata nasional. Situasi ini menuntut perhatian lebih pada kebijakan sosial yang perlu dijalankan untuk meringankan beban mereka.
Sementara itu, di Indonesia, sebuah riset yang dilakukan oleh Health Collaborative Center (HCC) menemukan bahwa 34% siswa SMA Jakarta mengalami gangguan kesehatan mental. Dari jumlah tersebut, 20% merasakan kesepian, dipicu oleh faktor-faktor seperti konflik sosial, kurangnya koneksi dengan teman, dan berkurangnya interaksi langsung akibat penggunaan gadget dan media sosial yang semakin dominan.
Fenomena rumah tangga satu orang ini perlu dicermati lebih dalam. Hal ini tidak hanya tentang bagaimana individu beradaptasi dengan hidup sendiri, tetapi juga mencakup bagaimana masyarakat menanggapi perubahan ini dan upaya yang bisa dilakukan untuk menciptakan lingkungan yang lebih saling mendukung.
