www.pusatkabar.id – Beberapa waktu lalu, di Universitas Jenderal Achmad Yani (UNJANI) Cimahi, diselenggarakan Kongres I Perhimpunan Dosen Pancasila dan Kewarganegaraan Nusantara (PDPKN) secara hibrid. Lebih dari 250 dosen dari berbagai daerah, mulai dari Papua hingga Aceh, berpartisipasi dalam acara yang vital untuk pengembangan bidang pendidikan ini.
Kongres ini merupakan kelanjutan dari deklarasi pembentukan PDPKN dan seminar nasional yang sebelumnya dilakukan. Dalam kongres ini, peserta berhasil menetapkan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Program Kerja, serta memilih Ketua Umum dan Formatur Pengurus Pusat PDPKN untuk periode 2025-2029.
Dr. Tatang Sudrajat, seorang dosen dari FISIP Universitas Sangga Buana YPKP Bandung, terpilih sebagai Ketua Umum melalui aklamasi. Dalam waktu sebulan ke depan, beliau akan mengadakan konsolidasi organisasi yang mencakup profiling keanggotaan dan pelantikan pengurus pada pertengahan Agustus 2025.
Peran Strategis PDPKN dalam Pendidikan Tinggi di Indonesia
Seminar Nasional yang dibuka oleh Rektor UNJANI, Prof. Dr. Agus Subagyo, menghadirkan sepuluh narasumber dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya PDPKN dalam memajukan pendidikan tinggi, khususnya dalam konteks Pancasila dan Kewarganegaraan.
H. Syafrizal, Ph.D, seorang dosen dari Universitas Islam Sumatera Utara, menekankan pentingnya eksistensi PDPKN. Ia berpendapat bahwa organisasi ini harus berperan aktif dan memberikan kontribusi signifikan terhadap kemajuan pendidikan tinggi di seluruh Indonesia.
Prof. Dr. Ruswiati dari Universitas Wijaya Kusuma Surabaya mengungkapkan ide-ide inovatif dalam komunikasi Pancasila yang perlu diterapkan dalam konteks lintas generasi. Strategi komunikasi yang tepat dapat membantu generasi muda memahami dan menginternalisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Strategi dan Pendekatan Pembelajaran di Era Modern
Di sisi lain, Dr. Zaenal Abidin dari UNJANI membahas pentingnya keajegan dan standarisasi materi pembelajaran dalam dua mata kuliah tersebut. Topik ini menjadi krusial untuk memastikan kualitas pendidikan yang diberikan kepada mahasiswa.
Pendekatan kultural dalam perkuliahan juga menjadi sorotan oleh Budi Kurniawan, M.Hum dari ISBI Bandung. Ia menggarisbawahi pentingnya mengintegrasikan konteks budaya lokal ke dalam proses pembelajaran untuk membuatnya lebih relevan dan menarik bagi mahasiswa.
Dari Universitas Pattimura Ambon, Dr. Pieter Jacob Pelupessi menyoroti pentingnya paradigma kepedulian dalam konteks integrasi nasional. Paradigma ini menjadi kunci untuk menjaga keutuhan bangsa melalui pendidikan yang berbasis Pancasila.
Menghadapi Tantangan Dalam Pembelajaran Pancasila dan Kewarganegaraan
Narasumber lain, Dr. Faharudin dari Universitas Dayanu Ikhsanudin, menjelaskan tentang peran Pancasila dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara. Ia menekankan bahwa Pancasila bukan hanya menjadi mata pelajaran, tetapi harus menjadi landasan dalam setiap aspek kehidupan masyarakat.
Dr. Muhtar Syam dari Universitas Muhammadiyah Papua memberikan pandangan mengenai strategi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam dua mata kuliah tersebut. Ia membagikan tantangan serta permasalahan yang dihadapi oleh para pengajar dalam penyampaian materi kepada mahasiswa.
Dr. Achdijat Sulaeman dari Universitas Al Ghifari juga mengutarakan pentingnya pendekatan multidimensional dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan berbagai metode yang diterapkan, diharapkan mahasiswa dapat lebih aktif terlibat dan memahami materi dengan mendalam.
Sinergi Antara PDPKN dan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila
Acara ini dihadiri oleh beberapa pejabat dari Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Prof. Dr. Muhammad Amin Abdullah, anggota Dewan Pengarah BPIP dan keynote speaker dalam acara tersebut, memberikan apresiasi terhadap keberadaan PDPKN.
Ia menekankan pentingnya membangun hubungan konstruktif dan sinergis dengan BPIP untuk membumikan nilai-nilai Pancasila dalam masyarakat. Sinergi ini diharapkan dapat memperkuat implementasi nilai Pancasila dalam pendidikan tinggi.
Dr. Musa Darwin Pane dari Unikom Bandung menyoroti peran dosen sebagai aktor pembelajaran yang memiliki tanggung jawab dalam menerapkan adab Pancasila. Peran ini bukan hanya sebatas mengajar, tetapi juga sebagai agen perubahan di masyarakat.