www.pusatkabar.id – Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPMKP) Kota Bandung, Soni Bakhtyar, mengungkapkan bahwa antara tahun 2024 hingga pertengahan 2025, tercatat sekitar 160 hingga 210 kejadian kebakaran di wilayah tersebut. Mayoritas insiden ini disebabkan oleh korsleting listrik dan penggunaan kompor gas yang tidak diawasi dengan baik.
Soni menyatakan, “Korsleting listrik dan kelalaian saat memasak masih menjadi penyebab utama kebakaran di kota ini. Selain itu, faktor lingkungan seperti musim kemarau dan kepadatan permukiman juga turut memperparah kondisi kebakaran yang terjadi.”
Dalam upaya mengatasi masalah ini, DPMKP terus melakukan pemetaan wilayah-wilayah rawan kebakaran, terutama di daerah permukiman padat dan kawasan industri kecil. Data pemetaan ini penting untuk menentukan lokasi pos siaga dan juga metode patroli yang lebih efektif.
Soni menjelaskan, “Kami melakukan pemetaan area berisiko tinggi agar dapat menempatkan pos siaga dan jalur patroli dengan lebih efektif. Hal ini akan membantu penanganan kebakaran menjadi lebih terencana dan risiko yang ada dapat ditekan.”
Peningkatan kesadaran masyarakat dianggap kunci untuk mengurangi jumlah kejadian kebakaran yang terjadi. Edukasi tentang penggunaan listrik secara aman dan penyimpanan bahan mudah terbakar menjadi fokus utama dalam program DPMKP.
“Kami tidak dapat bekerja sendiri. Oleh karena itu, peran aktif masyarakat sangat dibutuhkan dalam mencegah kebakaran. Langkah sederhana seperti mematikan kompor saat tidak digunakan dan memastikan instalasi listrik dalam keadaan baik sangat penting untuk dilakukan,” jelasnya.
Kesiapan armada dan personel juga menjadi perhatian utama. Saat ini, DPMKP Bandung memiliki lebih dari 50 unit armada aktif, termasuk mobil pemadam, tangki air, dan kendaraan kecil untuk menjangkau area sempit.
Armada ini disebar strategis berdasarkan kepadatan wilayah dan potensi risiko kebakaran. Saat bertugas, lebih dari 200 personel siap melayani dalam sistem sif 24 jam.
Soni mengungkapkan, “Setiap laporan yang masuk akan langsung diteruskan ke armada terdekat melalui sistem pelacakan lokasi. Waktu tanggap yang kami capai saat ini rata-rata hanya 5 hingga 10 menit di area kota,” tuturnya.
Kedepannya, DPMKP bertujuan untuk menambah jumlah armada serta meningkatkan kapasitas personel, terutama di area ekstrem yang sulit diakses seperti gang padat atau bangunan yang tidak memiliki jalur evakuasi. Modernisasi sistem komunikasi dan teknologi pelaporan turut menjadi fokus untuk mempercepat respons mereka.
Soni menegaskan, “Kami tidak pernah berhenti berbenah. Tujuan utama kami adalah memastikan keselamatan warga dan memperkecil dampak dari setiap insiden kebakaran.”
Langkah Antisipasi DPMKP Kota Bandung Terhadap Kebakaran
Untuk mengurangi angka kebakaran, DPMKP menerapkan berbagai langkah antisipasi yang efektif. Salah satu langkah tersebut adalah dengan melakukan pemetaan risiko di berbagai wilayah yang dianggap rawan terjadinya kebakaran.
Mulai dari area permukiman padat sampai dengan kawasan industri kecil, setiap lokasi dianalisis dalam rangka menentukan kesigapan dan penyebaran armada. Dengan demikian, penanganan situasi darurat dapat dilaksanakan dengan cepat dan tepat.
DPMKP juga aktif menjalin komunikasi dengan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran mengenai faktor-faktor yang dapat memicu kebakaran. Melalui berbagai kegiatan edukasi, mereka berharap masyarakat lebih waspada dan berpartisipasi dalam pencegahan.
Salah satu program edukasi yang diterapkan adalah pelatihan penggunaan alat pemadam api ringan (APAR) serta simulasi kebakaran. Dengan cara ini, masyarakat diharapkan mampu bertindak cepat dan tepat saat menghadapi situasi darurat.
Seminar yang diselenggarakan DPMKP juga mencakup cara-cara aman dalam menggunakan peralatan rumah tangga yang berbasis listrik. Selain itu, bahasan mengenai penanganan limbah yang benar menjadi fokus penting untuk menghindari kecelakaan.
Profil Kesiapan Armada dan Personel DPMKP Bandung
Armada DPMKP Kota Bandung terdiri dari berbagai jenis kendaraan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik setiap wilayah. Mobil pemadam yang digunakan dirancang untuk dapat menjangkau berbagai lokasi meski dalam kondisi sulit.
Saat ini, ada lebih dari 50 unit armada aktif yang siap dikerahkan. Instrumen ini akan selalu dalam kondisi siap tempur dan dirawat secara rutin untuk menjamin fungsinya saat dibutuhkan.
Selain armada, DPMKP juga memiliki lebih dari 200 personel yang terlatih dan terorganisir. Setiap petugas dibekali pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menangani berbagai jenis kebakaran yang mungkin terjadi.
“Setiap personel yang kami miliki dilatih secara berkala untuk meningkatkan kemampuan dan memberikan pelayanan terbaik saat penanganan kebakaran,” ungkap Soni. Pelatihan ini juga mencakup situasi darurat lain yang berkaitan dengan bencana.
Sistem pelacakan lokasi yang dikembangkan oleh DPMKP memungkinkan pengiriman armada dilakukan dengan cepat. Dengan teknologi yang ada, armada dapat diarahkan ke lokasi kejadian dengan sangat efisien.
Peran Masyarakat Dalam Mencegah Kebakaran
Masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam pencegahan kebakaran. Menjaga area pemukiman dari potensi bahaya dan melaporkan masalah yang terlihat adalah salah satu tindakan preventif yang bisa diambil.
Dari menjaga kebersihan lingkungan hingga mematikan alat-alat listrik yang tidak digunakan, setiap tindakan kecil dapat berkontribusi pada keselamatan bersama. Keterlibatan aktif masyarakat dalam kegiatan pencegahan sangat diperlukan.
Program-program yang telah dilaksanakan DPMKP juga melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi, misalnya dalam kegiatan gotong royong membersihkan lingkungan. Lingkungan yang bersih sangat mengurangi risiko terjadinya kebakaran yang ditimbulkan dari limbah.
Lebih dari itu, warga diharapkan untuk saling mengingatkan satu sama lain. Komunikasi antar tetangga sangat penting untuk menciptakan iklim kewaspadaan dan kepedulian terhadap lingkungan.