www.pusatkabar.id – Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga baru saja menyampaikan pernyataan penting mengenai isu stunting di Indonesia, terutama di Jawa Barat. Dalam forum Retreat dan Jambore Pembangunan Keluarga, beliau menegaskan bahwa penurunan prevalensi stunting di wilayah ini sangat berdampak pada angka stunting nasional.
Wihaji mengungkapkan kebanggaannya atas pencapaian Jawa Barat yang berhasil menurunkan angka stunting hingga 5,8 persen pada tahun 2024. Ini merupakan langkah signifikan yang menunjukkan upaya kolektif dari semua pihak terkait dalam menangani masalah kesehatan masyarakat ini.
Dalam konteks ini, Wihaji juga menyampaikan bahwa prevalensi stunting secara nasional telah menurun dari 21,5 persen pada tahun 2023 menjadi 19,8 persen pada tahun 2024. Target jangka menengah yang ditetapkan menuntut penurunan lebih lanjut, dengan harapan mencapai angka 14 persen pada tahun 2029 mendatang.
Pentingnya Peran Jawa Barat dalam Penurunan Stunting Nasional
Kepala BKKBN, Wihaji, menegaskan bahwa Jawa Barat adalah kekuatan utama dalam upaya penurunan stunting. Keberhasilan provinsi ini berperan besar dalam angka nasional, karena kontribusinya yang signifikan dibandingkan daerah lainnya.
Dengan populasi yang besar, setiap penurunan prevalensi stunting di Jawa Barat akan berdampak langsung pada total angka stunting nasional. Wihaji menyampaikan apresiasi untuk tim dan masyarakat yang telah bekerja keras dalam mengatasi masalah ini.
Selain itu, Wihaji mengingatkan pentingnya kerja sama antara berbagai pihak. Ia menginstruksikan agar penyuluh keluarga berencana berkoordinasi dengan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi setempat untuk memastikan bahwa masyarakat yang rentan mendapatkan akses pada makanan bergizi.
Program Makanan Bergizi Gratis untuk Ibu dan Anak
Wihaji juga memaparkan langkah konkret dalam penyediaan makanan bergizi gratis bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan anak-anak di bawah lima tahun. Ini merupakan inisiatif penting untuk memastikan bahwa kelompok rentan mendapatkan nutrisi yang memadai.
Melalui kerjasama dengan Badan Gizi Nasional, program ini diharapkan dapat mengurangi risiko stunting. Pengiriman makanan dilakukan secara langsung ke rumah penerima, sehingga memudahkan akses bagi mereka yang membutuhkan.
Wihaji menegaskan bahwa Presiden telah memerintahkan untuk memastikan distribusi makanan ini berjalan lancar. Pendanaan untuk transportasi distribusi juga akan dipastikan agar tidak menjadi kendala dalam mencapai tujuan program tersebut.
Pentingnya Keterlibatan Ayah dalam Keluarga
Selain isu stunting, Wihaji juga mengangkat tema penting mengenai peran ayah dalam keluarga. Dia menjelaskan bahwa hampir 20,9 persen anak di Indonesia mengalami situasi “fatherless,” yang berpengaruh pada perkembangan mereka.
Pentingnya peran ayah dalam tumbuh kembang anak tidak dapat diabaikan. Masyarakat perlu menyadari faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan ini, termasuk hadirnya teknologi yang dapat menjadi tantangan bagi interaksi keluarga.
Wihaji mendorong semua pihak untuk lebih peduli terhadap hal ini dan menyoroti pentingnya keterlibatan ayah dalam mendukung perkembangan anak. Ini menjadi bagian dari upaya untuk menghadapi fenomena fatherless yang sedang meningkat.
Refleksi di Retreat dan Jambore Bangga Kencana
Acara Retreat dan Jambore ini bukan hanya sekadar forum, melainkan juga momen refleksi bagi seluruh peserta. Ribuan penyuluh dari berbagai daerah bersatu untuk membahas strategi dan pencapaian program Bangga Kencana dengan antusiasme tinggi.
Wihaji mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada semua penyuluh yang terlibat. Mereka merupakan ujung tombak yang memberikan dampak langsung di lapangan dalam upaya meraih tujuan program ini.
Kehadiran ribuan peserta menandakan besarnya komitmen terhadap program yang dijalankan. Semangat yang ditunjukkan mencerminkan dedikasi dan kerja keras yang telah dilakukan untuk menyelesaikan masalah kesehatan masyarakat, termasuk stunting.