www.pusatkabar.id – Pemerintah Kota Bandung terus berupaya untuk meningkatkan pengelolaan sampah di tingkat kecamatan. Langkah ini diambil sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti yang sudah melampaui kapasitas.
“Kami berencana memasang insinerator sebagai solusi pengolahan sampah tanpa perlu memilahnya terlebih dahulu, kecuali untuk residu,” ungkap Sekretaris Daerah Kota Bandung, Iskandar Zulkarnain, saat melakukan kunjungan ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS) di Kecamatan Rancasari.
Dalam kunjungan ini, Zulkarnain bersama jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) meninjau beberapa lokasi calon pemasangan mesin pengolahan sampah. Beberapa titik yang diperiksa antara lain Jalan Tembus Inspeksi Cidurian Timur, TPS RW 04 Manjahlega, TPS Ciwastra, dan TPS Gedebage.
Salah satu lokasi yang ditinjau bahkan sudah dinilai cukup siap untuk pemasangan mesin, sementara lokasi lainnya masih menunggu proses administrasi karena berada di atas lahan milik warga.
“Jika proses administrasinya selesai, mesin bisa segera dipasang dan dianggarkan untuk tahun depan. Setiap kecamatan mungkin memerlukan beberapa mesin, karena kapasitas satu mesin sekitar 10-15 ton per hari, sedangkan produksi sampah per kecamatan bisa mencapai lebih dari 80 ton,” jelas Zulkarnain.
Selain insinerator, Zulkarnain juga melakukan peninjauan di TPS Gedebage yang telah menerapkan teknologi bio digester. Teknologi ini terbukti efektif dalam mengolah sampah organik hingga 30 ton per hari dan dapat dijadikan model yang dapat diterapkan di lokasi lainnya.
Pentingnya Pengembangan Infrastruktur Pengelolaan Sampah di Bandung
Dengan penambahan sejumlah titik pengolahan sampah, Pemerintah Kota Bandung menargetkan pengurangan yang signifikan terhadap volume sampah yang dibuang ke TPA Sarimukti. Hal ini penting untuk mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh sampah yang tidak terkelola dengan baik.
“Laporan dari Dinas Lingkungan Hidup menunjukkan bahwa pengolahan sampah di beberapa titik telah menekan jumlah sampah yang dibuang ke TPA hingga mendekati 100 ton per hari,” kata Zulkarnain.
Meski demikian, tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan sampah tetap ada. Keterbatasan lahan dan kepadatan penduduk menjadi isu yang harus ditangani dengan serius oleh pemerintah.
Contoh kasus yang menarik adalah TPS di Bandung Kulon yang berhasil menempatkan mesin insinerator dekat permukiman tanpa adanya penolakan dari masyarakat. Ini menunjukkan bahwa dukungan warga sangat penting dalam keberhasilan program pengelolaan sampah.
“Dengan dukungan dari masyarakat serta DPRD, kami berharap jumlah mesin pengolahan sampah dapat ditambah. Saat ini, kami baru memiliki tujuh unit, padahal kebutuhan idealnya bisa mencapai 30 hingga 50 unit,” tambahnya.
Keterlibatan Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Menjadi Kunci Keberhasilan
Keterlibatan masyarakat merupakan salah satu faktor kunci dalam pengelolaan sampah yang efektif. Kesadaran dan partisipasi dari masyarakat dapat berdampak positif dalam mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan setiap harinya.
Pemerintah telah berupaya melibatkan masyarakat dalam program penyuluhan dan edukasi mengenai pentingnya pemisahan sampah sejak dari rumah. Program ini bertujuan untuk membangun kesadaran akan tanggung jawab bersama dalam menjaga kebersihan lingkungan.
Dukungan dari berbagai elemen masyarakat, termasuk komunitas lokal, juga sangat dibutuhkan untuk mendorong perubahan perilaku. Dengan demikian, proses pengolahan sampah dapat dilakukan secara lebih efisien dan berkelanjutan.
“Kami terus mendorong partisipasi masyarakat dalam setiap program yang kami luncurkan. Selain itu, inovasi dalam teknologi pengolahan sampah juga perlu didorong agar lebih efektif,” ujar Zulkarnain.
Pengembangan platform komunikasi dengan masyarakat juga penting untuk menampung aspirasi dan masukan. Dengan cara ini, setiap pihak dapat berkontribusi dalam upaya menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan hidup.
Strategi Pengurangan Volume Sampah Melalui Program Inovatif
Untuk mencapai pengurangan volume sampah yang signifikan, inovasi dalam pengelolaan menjadi sangat penting. Pemerintah mulai menerapkan beberapa strategi inovatif yang dapat berdampak positif terhadap pengurangan jumlah sampah.
Selain penggunaan insinerator dan teknologi bio digester, program daur ulang juga menjadi salah satu fokus utama. Dengan mendaur ulang bahan-bahan tertentu, volume sampah yang dibuang ke TPA dapat diminimalkan.
“Kami juga menggandeng berbagai pihak untuk mendukung program daur ulang ini. Dengan demikian, masyarakat bisa lebih mudah untuk berpartisipasi dalam mengolah sampah,” ungkapnya.
Pemerintah juga berencana untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan fasilitas pengolahan yang ada. Melalui program peningkatan ini, pengelolaan sampah diharapkan lebih efektif dan efisien.
