www.pusatkabar.id – Pemerintah Kota Bandung sedang menjajaki kerja sama dengan sebuah perusahaan untuk mengelola sampah dengan lebih efisien. Fokus upaya ini adalah mengurangi ketergantungan terhadap tempat pembuangan akhir (TPA) Sarimukti yang akan segera ditutup. Dengan pendekatan yang tepat, diharapkan pengelolaan sampah di kota ini menjadi lebih efektif dan berkelanjutan.
Saat ini, kota ini berproduksi sekitar 1.500 ton sampah setiap harinya, tetapi hanya 400 ton yang berhasil diolah. Rencana ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pengolahan hingga minimal 700 ton sampah setiap hari, sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan mendukung kelestarian lingkungan.
Dengan penerapan teknologi Refused Derived Fuel (RDF) Carbonized, diharapkan sampah yang ada dapat dimanfaatkan dengan lebih baik. Pendekatan ini memungkinkan pemanfaatan energi hijau dari limbah, menggantikan bahan bakar fosil yang lebih merusak.
Teknologi Ramah Lingkungan untuk Pengelolaan Sampah
Rencana kolaborasi antara Pemkot Bandung dan perusahaan ini melibatkan penggunaan teknologi inovatif untuk mengubah sampah padat menjadi energi. Teknologi ini tidak hanya aman, tetapi juga memiliki potensi ekonomi yang menjanjikan bagi kota.
Proses pengolahan dengan teknologi RDF akan memungkinkan pengurangan volume sampah secara signifikan. Hal ini akan berdampak positif pada pengurangan biaya transportasi dan pengelolaan limbah secara keseluruhan.
Dalam rangka mendukung proyek ini, Pemkot bertanggung jawab menyediakan lahan untuk tempat fasilitas pengolahan. Lokasi yang disiapkan terletak di kawasan Gedebage, di atas lahan seluas 1,5 hektare yang sudah siap dibangun.
Keberlanjutan dan Manfaat Ekonomi dari Proyek Ini
Keberhasilan proyek ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat. Dengan mengolah sampah secara mandiri, kota dapat mengurangi ketergantungan pada TPA dan mengalihkan limbah menjadi sumber daya yang bermanfaat.
Pemkot bertujuan untuk menjadikan Gedebage sebagai lokasi yang tidak hanya aman dari potensi penolakan masyarakat, tetapi juga bebas dari pencemaran. Hal ini menjadi salah satu syarat penting dalam pelaksanaan proyek agar mendapatkan dukungan dari masyarakat setempat.
Selain itu, proyek ini diharapkan dapat menggerakkan perekonomian lokal melalui penciptaan lapangan kerja dan cara baru dalam memanfaatkan limbah sebagai sumber energi. Dengan begitu, masyarakat juga akan merasakan dampak positifnya.
Pengelolaan Sampah yang Efisien dan Berkelanjutan
Selain aspek teknologi, penting juga untuk mempertimbangkan strategi pengelolaan yang efisien. Pengangkutan dan pemrosesan limbah harus diperhitungkan dengan matang agar tidak menimbulkan masalah baru.
Pemkot Bandung akan membayar tipping fee sekitar Rp350 ribu per ton untuk pengolahan limbah melalui skema kerja sama ini. Biaya ini diharapkan dapat dikelola dengan baik agar tidak membebani anggaran yang ada.
Dalam jangka panjang, proyek ini diharapkan dapat menjadi model bagi kota-kota lain dalam pengelolaan limbah yang lebih berkelanjutan. Dengan mengimplementasikan teknologi yang tepat, maka sampah yang sebelumnya hanya menjadi masalah kini bisa menjadi sumberdaya berharga.