www.pusatkabar.id – Kementerian Agama Provinsi Sumatera Selatan terus berupaya menemukan seorang jemaah haji yang dilaporkan hilang sejak akhir Mei 2025. Kasus ini melibatkan Nurimah Mentajim, seorang wanita berusia 80 tahun yang berangkat sendirian dari Embarkasi Palembang sebagai bagian dari Kloter 19, tanpa didampingi keluarga.
Nurimah berangkat menuju Tanah Suci dengan harapan menjalankan ibadah haji yang telah lama dinantikan. Namun, ketidakpastian muncul saat upaya pencarian di tengah keramaian jemaah haji yang lain tidak berhasil menemukan jejaknya.
Humas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji dari Palembang, Abdul Qudus, menyatakan bahwa jemaah haji Indonesia tidak jarang menghadapi tantangan saat berada di luar negeri. Tidak ada informasi lebih lanjut mengenai keberadaan Nurimah yang menjadi perhatian serius keluarga dan pihak berwenang.
Pencarian Terhadap Jemaah Haji yang Hilang Dinamis
Kementerian Agama Republik Indonesia mencatat bahwa ada total tiga jemaah yang hilang selama pelaksanaan ibadah haji tahun ini. Selain Nurimah, ada juga dua jemaah lain bernama Sukardi dari Kloter 79 yang berangkat dari Embarkasi Surabaya dan Hasbullah dari Kloter 7 yang berangkat dari Embarkasi Banjarmasin.
Tim Perlindungan Jemaah dari PPIH Arab Saudi saat ini terus berupaya mencari dan menemukan jemaah yang hilang tersebut. Mereka melakukan pencarian dengan penuh profesionalisme, berkoordinasi dengan berbagai instansi dan komunitas setempat demi membantu mencari informasi yang relevan.
Situasi ini bukanlah yang pertama kali terjadi. Setiap tahunnya, sejumlah jemaah haji hilang atau mengalami masalah saat berada di luar negeri. Kementerian Agama mengingatkan pentingnya pendampingan dalam perjalanan haji, terutama bagi jemaah berusia lanjut atau yang memiliki kondisi kesehatan tertentu.
Jumlah Jemaah Haji yang Kembali ke Tanah Air
Debarkasi Palembang telah menerima kepulangan jemaah haji dari Kloter 10 pada tanggal 25 Juni 2025 sebanyak 368 orang. Jumlah ini sedikit meningkat dibanding saat keberangkatan yang hanya membawa 367 orang, berkat adanya seorang jemaah tambahan yang mengajukan tanazul.
Jemaah yang melakukan tanazul, Darsem Musahir Sipah Binti Musahir, berusia 74 tahun. Ia memutuskan pulang lebih awal karena masalah kesehatan yang memerlukan perhatian medis lebih lanjut. Keputusan ini diambil demi kebaikan dan keselamatan jemaah.
Hingga saat ini, total semua jemaah haji yang telah kembali melalui Embarkasi Palembang tercatat mencapai 3.679 orang. Angka ini mencakup 2.571 jemaah asal Sumsel, 1.068 dari Bangka Belitung, dan 40 petugas kloter yang mendampingi para jemaah.
Tragedi dan Tantangan di Tanah Suci
Sementara itu, selama penyelenggaraan ibadah haji tahun ini, Kementerian Agama juga mencatat adanya 20 jemaah yang wafat. Angka ini menunjukkan tantangan kesehatan yang dihadapi oleh sebagian jemaah haji, terutama mereka yang berusia lanjut dan memiliki riwayat penyakit.
Kondisi fisik menjadi faktor penting selama menjalani rangkaian ibadah yang cukup melelahkan ini. Jemaah diharapkan menjalani pemeriksaan kesehatan sebelum berangkat, untuk memastikan bahwa mereka dalam kondisi baik dan siap untuk melaksanakan ibadah.
Berbagai program kesehatan dan pelayanan prima disediakan demi menjaga keselamatan jemaah. Namun, tetap saja banyak faktor di luar kendali yang mempengaruhi kesehatan jemaah saat berada di Tanah Suci.
Pentingnya Waspada Selama Pelaksanaan Ibadah Haji
Dengan serangkaian kejadian yang menimpa jemaah, pihak berwenang mengingatkan semua jemaah untuk lebih waspada dan selalu menjaga komunikasi. Keberadaan orang-orang terdekat sangat penting dalam memberikan dukungan moral dan membantu mencegah kejadian yang tidak diinginkan.
Pendampingan oleh keluarga atau petugas ibadah haji dapat sangat membantu, terutama untuk jemaah yang lebih tua atau yang berisiko tinggi mengalami masalah kesehatan. Menyiapkan informasi penting dan rencana darurat juga menjadi bagian dari langkah-langkah preventif yang perlu diperhatikan.
Meskipun perjalanan spiritual ini sarat dengan makna, tetap saja perhatian terhadap keselamatan dan kesehatan harus diutamakan. Proses ibadah yang panjang seringkali menguras fisik, sehingga menjaga kesehatan sangatlah krusial.