www.pusatkabar.id – Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga) baru-baru ini mengungkapkan bahwa program keluarga berencana (KB) dalam konteks kontrasepsi telah mencapai titik penyelesaian. Dengan angka kelahiran total (TFR) yang kini berada di angka 2,1, tantangan utama dalam pengendalian pertumbuhan penduduk telah terpenuhi. Situasi ini membuka jalan bagi sebuah paradigma baru dalam pengelolaan kependudukan, di mana fokusnya beralih kepada pembangunan keluarga dan masyarakat.
Pernyataan ini disampaikan oleh Wihaji saat memberikan kuliah umum di hadapan peserta Musyawarah Kerja Nasional Ikatan Penyuluh Keluarga Berencana (Mukernas IPeKB). Dalam ekosistem kependudukan, pengendalian jumlah penduduk menjadi kunci untuk mencapai keseimbangan dalam distribusi sumber daya dan kualitas hidup masyarakat. Wihaji menegaskan pentingnya pendekatan berkelanjutan untuk memastikan pertumbuhan yang sehat dan seimbang di seluruh wilayah.
Oleh karena itu, meskipun angka TFR menunjukkan kemajuan, pengendalian tetap harus dilanjutkan. Terutama di daerah dengan angka kelahiran yang masih tinggi, langkah-langkah pendidikan tentang pentingnya KB menjadi prioritas utama. Wihaji menyebutkan beberapa daerah di Jawa Barat, seperti Kabupaten Bandung Barat dan Cianjur, yang menjadi fokus utama dalam upaya ini.
Abstraksi dari perkembangan ini menandakan bahwa pentingnya pendidikan masyarakat dalam hal kependudukan harus ditingkatkan. Paradigma baru yang diusung juga membangun sebuah kerangka kerja yang solid untuk menciptakan masyarakat yang lebih mandiri dan sejahtera ke depan.
Pergeseran Fokus dalam Program Keluarga Berencana
Menurut Wihaji, dalam konteks yang lebih luas, program keluarga berencana tidak lagi hanya berkaitan dengan mengatur jumlah populasi, melainkan juga dengan pembangunan infrastruktur yang mendukung kualitas hidup penduduk. Pembentukan grand design kependudukan yang meliputi berbagai aspek, seperti pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan, menjadi langkah krusial yang harus diambil untuk mencapai tujuan ini.
Wihaji menegaskan bahwa jumlah penduduk di berbagai daerah harus diiringi dengan penyediaan fasilitas yang memadai. Misalnya, dengan jumlah penduduk mencapai 55 juta di Jawa Barat, penting untuk mempersiapkan berbagai infrastruktur publik, mulai dari rumah sakit, tempat pendidikan, hingga fasilitas pelayanan publik lainnya. Semua itu harus diatur dalam kerangka yang jelas dan terintegrasi.
Semua ini berfungsi sebagai peta jalan pembangunan kependudukan yang berkelanjutan. Pendekatan ini menuntut kerjasama antara berbagai sektor, sehingga semua aspek dalam kehidupan masyarakat dapat berjalan seimbang dan saling mendukung.
Wihaji menjelaskan bahwa rencana untuk membangun masyarakat yang mandiri dan sejahtera adalah sebuah “work” yang harus dijalankan secara efektif. Tanpa adanya perencanaan yang matang dan keterpaduan antara aspek-aspek tersebut, cita-cita untuk menciptakan rumah tangga yang berkualitas akan sulit dicapai.
Pentingnya Fondasi dalam Pembangunan Keluarga
Ketika membahas tentang pembangunan keluarga, Wihaji menegaskan perlunya fondasi yang kuat. Hal ini terkait dengan tahap awal kehidupan keluarga, yaitu saat calon pengantin memulai perjalanan mereka sebelum membentuk keluarga. Pendekatan ini esensial untuk menciptakan keluarga yang berkualitas, dimulai dari usia yang tepat untuk menikah.
Wihaji mendorong agar pasangan calon pengantin berusia minimal 21 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk laki-laki. Tujuan dari batasan usia ini adalah untuk memastikan bahwa mereka siap secara fisik dan mental untuk membesarkan anak-anak mereka sehingga dapat terhindar dari masalah kesehatan, seperti stunting.
Fundamental dalam membangun keluarga yang kuat terletak pada kesiapan pasangan itu sendiri. Melalui pembekalan yang tepat, diharapkan kualitas generasi mendatang dapat ditingkatkan, dan keluarga pun dapat berkembang dengan baik di tengah tantangan yang ada.
Kehadiran kebijakan dan program yang mendukung calon pengantin juga diperlukan. Ini menjadi arah baru yang diusung oleh Kemendukbangga untuk membantu masyarakat dalam mengatasi berbagai masalah yang berkaitan dengan kesehatan keluarga dan remaja.
Menjawab Tantangan dengan Program Quick Wins dalam Pengendalian Stunting
Salah satu terobosan yang diperkenalkan adalah program quick wins, yang ditujukan untuk menemui berbagai tantangan yang berkaitan dengan siklus kehidupan keluarga. Quick wins muncul sebagai solusi praktis untuk memperoleh hasil yang cepat dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Dalam program ini, penekanan dilakukan pada dua aspek utama: pencegahan dan perubahan perilaku. Wihaji menganalogikan hal ini seperti mengatur sepeda motor, di mana keamanan kendaraan perlu dipastikan sebelum dioperasikan di jalan raya. Pada intinya, kementerian bertanggung jawab untuk memastikan kesehatan ibu hamil dan asupan gizi yang cukup.
Dengan mewujudkan quick wins, diharapkan dapat mengurangi kasus stunting yang kerap menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia. Semua ini tidak lepas dari kolaborasi antarsektor untuk mewujudkan visi bersama dalam memperbaiki kehidupan masyarakat.
Wihaji menekankan bahwa penting untuk selalu menjaga komunikasi dan keterlibatan masyarakat dalam setiap program yang ada. Dengan cara ini, kesadaran akan pentingnya kesehatan dan pendidikan dapat meningkat, dan masyarakat dapat berperan aktif dalam perbaikan kualitas hidup mereka sendiri.