www.pusatkabar.id – Madiun, yang dikenal luas sebagai kota pesilat, ternyata juga menyimpan beragam kuliner unik yang tidak kalah menarik untuk dieksplorasi. Salah satu yang paling terkenal adalah brem, makanan tradisional yang tidak hanya menggugah selera, tetapi juga menyimpan makna budaya yang dalam.
Brem sudah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Madiun selama bertahun-tahun. Oleh-oleh khas ini kerap dicari oleh wisatawan yang ingin merasakan cita rasa manis dan lembutnya, yang ikonik dengan proses pembuatannya yang rumit dan penuh tradisi.
Menikmati brem bukan hanya tentang menikmati makanan, tetapi juga merasakan kekayaan budaya yang terjalin di dalamnya. Setiap gigitan brem membawa kita pada sejarah panjang yang memperlihatkan jati diri masyarakat Madiun dalam mempertahankan warisan kuliner mereka.
Cita Rasa dan Proses Pembuatan Brem yang Tak Terlupakan
Proses pembuatan brem dimulai dengan pemilihan beras ketan putih yang berkualitas. Beras ini menjadi bahan utama yang memberikan tekstur dan rasa khas pada brem.
Selanjutnya, beras ketan direndam dan dikukus hingga matang dengan sempurna. Setelah itu, ragi tape ditambahkan sebagai fermentasi, yang memberikan keunikan pada brem dan menciptakan cita rasa yang khas.
Pentingnya proses fermentasi dalam pembuatan brem tidak bisa diremehkan. Selama sekitar tujuh hari, campuran beras ketan dan ragi akan difermentasi untuk menghasilkan brem dengan rasa manis yang otentik dan tekstur yang lembut.
Asal Usul dan Sejarah Brem di Madiun
Brem diyakini berasal dari dua desa di Madiun, yakni Desa Kaliabu dan Desa Bancong. Kedua desa ini telah lama dikenal sebagai sentra pembuatan brem dengan resep turun-temurun yang terjaga keasliannya.
Nama ‘brem’ sendiri berasal dari kata ‘peram’, yang merujuk pada proses fermentasi yang menjadi inti pembuatan makanan ini. Hal ini menunjukkan betapa dalamnya kearifan lokal masyarakat Madiun dalam mengolah bahan pangan.
Dalam perkembangan sejarahnya, brem tidak hanya dianggap sebagai makanan, tetapi juga simbol dari tradisi dan budaya masyarakat setempat yang sangat kaya. Makanan ini telah mencapai popularitas yang luas bahkan di luar kota Madiun.
Peran Brem dalam Kehidupan Sosial dan Ekonomi Masyarakat
Keberadaan brem bukan hanya sebagai makanan, tetapi juga berkontribusi signifikan terhadap perekonomian lokal. Banyak pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang bergantung pada produksi brem sebagai sumber pendapatan.
Selama masa pandemi COVID-19, brem menjadi salah satu produk yang banyak dirindukan. Meskipun sejumlah produsen terpaksa menghentikan operasinya, sekitar 40 pelaku UMKM masih dapat bertahan dan terus memproduksi brem untuk memenuhi permintaan masyarakat.
Brem juga sering dijadikan oleh-oleh khas yang dicari wisatawan yang berkunjung ke Madiun. Hal ini memberikan dorongan bagi pelaku UMKM untuk terus berinovasi dalam produk yang mereka tawarkan.
Menjaga Tradisi dan Inovasi dalam Pembuatan Brem
Seiring dengan perkembangan zaman, pelaku usaha di Madiun mulai melakukan inovasi terhadap produk brem. Tak hanya mempertahankan rasa asli, mereka mulai mencoba varian baru dengan menambahkan bahan lain untuk meningkatkan cita rasa.
Meskipun melakukan inovasi, upaya menjaga tradisi pembuatan brem tetap menjadi prioritas utama. Proses fermentasi yang rumit tetap dipertahankan untuk memastikan bahwa brem yang dihasilkan tetap autentik dan berkualitas tinggi.
Dukungan dari pemerintah dan berbagai komunitas juga berperan penting dalam melestarikan tradisi ini. Workshop dan pelatihan sering diadakan untuk membagikan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam pembuatan brem.