www.pusatkabar.id – Ketidakhadiran orang tua dalam menjalin kedekatan emosional dengan anak dapat menjadi faktor yang memicu perilaku kriminal di kalangan remaja. Menurut banyak pengamat psikologi, proses pembentukan karakter yang baik dalam diri anak sangat bergantung pada keterlibatan orang tua dalam memberikan perhatian dan arahan yang konsisten.
Dalam konteks ini, peran orang tua bukan sekadar sebagai pengisi kebutuhan fisik, tetapi juga sebagai sosok teladan yang dapat membimbing anak-anak mereka. Tanpa bimbingan yang tepat, anak-anak berisiko meniru perilaku negatif yang mereka saksikan di sekitar mereka.
Psikolog anak dan keluarga, Sani B. Hermawan, menyatakan bahwa anak-anak sangat terpengaruh oleh lingkungan di mana mereka tumbuh dan berkembang. Apabila orang tua tidak aktif dalam mendampingi dan berkomunikasi, nilai-nilai positif dari pendidikan kemungkinan besar tidak akan disampaikan dengan baik.
Pentingnya Keterlibatan Orang Tua dalam Pembinaan Karakter Anak
Proses pendidikan karakter dimulai dalam lingkungan rumah. Sani menekankan bahwa interaksi yang kurang antara orang tua dan anak membuat kesempatan anak untuk menyerap nilai-nilai baik semakin sedikit. Keterlibatan aktif orang tua sangat penting untuk membantu anak memahami konsep baik dan buruk.
Lebih lanjut, ketika orang tua tidak menyediakan teladan yang baik, anak pun cenderung menyerap pengaruh negatif dari luar. Misalnya, tontonan yang kurang mendidik dapat memberikan pesan yang salah, sebaliknya menjauhkan mereka dari nilai-nilai positif yang seharusnya mereka pelajari.
Komunikasi antara orang tua dan anak harus berjalan dua arah. Ketika anak merasa bahwa mereka dapat berbicara tentang pengalaman dan perasaan mereka, mereka lebih mampu untuk memahami dan mengatasi masalah yang mereka hadapi. Kebiasaan ini dapat membantu anak untuk lebih stabil secara emosional.
Dampak Kurangnya Komunikasi dalam Keluarga
Kurangnya komunikasi yang terbuka dalam keluarga dapat mengakibatkan anak mengalami kesulitan dalam mengelola emosi. Misalnya, saat anak menghadapi frustrasi, mereka mungkin tidak tahu cara untuk mengekspresikannya secara sehat. Hal ini membuat mereka lebih rentan terhadap tindakan yang tidak diinginkan, termasuk kekerasan.
Di sisi lain, apabila anak merasa tidak ada tempat untuk berbagi perasaan atau masalah, mereka bisa mencoba menemukan jalan keluar secara mandiri. Ini sering kali melibatkan perilaku negatif yang dapat menjauhkan mereka dari jalur yang benar.
Penting bagi orang tua untuk tidak hanya menjadi pendidik, tetapi juga teman yang dapat diandalkan. Ketika anak tahu bahwa orang tua mereka siap mendengarkan dan memahami, mereka akan lebih terbuka untuk membicarakan masalah yang mereka hadapi.
Pentingnya Kolaborasi antara Sekolah dan Keluarga
Untuk mencegah kenakalan remaja, peran sekolah juga sangat krusial. Kolaborasi antara sekolah dan orang tua dapat menciptakan pemahaman yang lebih baik tentang situasi dan kebutuhan anak. Sebagai contoh, guru dapat memberikan informasi berharga tentang perilaku anak di sekolah yang mungkin tidak diketahui oleh orang tua.
Dengan melakukan komunikasi yang baik, orang tua dapat menyusun strategi bersama guru untuk membantu anak mereka mengatasi tantangan yang dihadapi. Ini dapat mencakup pembelajaran tentang bagaimana cara mengatasi tekanan teman sebaya atau stres akademik.
Orang tua dan guru harus saling mendukung dalam membentuk lingkungan yang aman dan mendidik bagi anak-anak. Kerja sama ini dapat meminimalkan risiko anak terjerumus dalam perilaku menyimpang dan kenakalan remaja.
Menumbuhkan Empati dan Pemahaman dalam Keluarga
Empati menjadi salah satu nilai penting yang harus ditanamkan dalam diri anak. Sani menginginkan agar orang tua lebih peka terhadap kondisi yang dialami anak mereka. Ketika orang tua memahami emosi dan pengalaman anak, akan lebih mudah untuk memberikan dukungan yang tepat.
Ketika anak merasa didengar dan dipahami, ini dapat membantu mereka merasa lebih aman dan dihargai. Konsekuensinya, anak akan lebih cenderung berdiskusi tentang masalah yang mereka hadapi, daripada menyimpannya sendiri.
Penting bagi keluarga untuk menciptakan suasana yang mendukung agar anak merasa nyaman untuk berbagi masalah dan perasaan. Dengan demikian, proses pembelajaran dapat berlangsung secara alami, baik dalam konteks kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi situasi sulit.