www.pusatkabar.id – Pengelolaan sampah menjadi isu penting dalam pembangunan kota yang berkelanjutan, terutama di daerah dengan populasi yang padat seperti Bandung. Salah satu inisiatif yang menarik perhatian adalah upaya pengolahan sampah terpadu yang dilakukan di Komplek Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat, yang berhasil mengintegrasikan teknologi pengelolaan sampah dengan prinsip ketahanan pangan.
Fakta menunjukkan bahwa pengelolaan sampah yang tidak efisien dapat mengakibatkan dampak negatif yang signifikan terhadap lingkungan. Sebuah kawasan di Bandung, berkat inisiatif Brigjen TNI Masduki, melakukan transformasi dengan menerapkan sistem pengolahan sampah mandiri sebagai langkah konkret dalam menjaga kebersihan lingkungan.
Penerapan Sistem Zero Waste yang Terintegrasi
Dalam konteks pengelolaan sampah di Seskoad, Brigjen TNI Masduki mengungkapkan komitmen untuk menciptakan lingkungan yang bersih, aman, dan sehat. Langkah-langkah yang diambil meliputi pemilahan sampah, pemrosesan sampah organik dan anorganik, serta pendauran ulang menjadi produk berguna seperti kompos, pupuk cair, dan paving block. Dengan strategi ini, kompleks Seskoad tidak hanya menangani sampah internal, tetapi juga berkolaborasi dengan hotel di sekitarnya untuk pengolahan sampah terpilah.
Setiap hari, tim yang terdiri dari enam orang melakukan pengumpulan dan pemilahan sampah mulai pukul 05.00 WIB. Dengan rata-rata pemrosesan 3 hingga 3,5 ton sampah setiap harinya, kegiatan ini menunjukkan komitmen eko-berkelanjutan yang patut dicontoh. Sampah organik, seperti sisa makanan dan daun, diolah menjadi kompos dan pupuk cair, sementara sisa makanan lainnya dimanfaatkan sebagai pakan ternak bebek. Sampah residu yang tidak dapat didaur ulang diproses dengan pembakaran terkontrol, dan abunya digunakan untuk memproduksi paving block.
Inovasi dalam Pengelolaan Sampah dan Produk Turunan
Pengolahan sampah tidak hanya menyelamatkan lingkungan tetapi juga memberikan manfaat ekonomi. Sersan Mayor Ifnu Dwi Cahyono menjelaskan bahwa mereka telah mendirikan pabrik kecil untuk memproduksi paving block dari material yang dihasilkan selama proses pengolahan. Kualitas paving block yang dihasilkan telah diuji dan terbukti mampu menahan beban yang lebih tinggi dibandingkan dengan produk sejenis di pasaran. Dengan harga yang lebih terjangkau, paving block ini tidak hanya menjadi solusi untuk mengurangi sampah tetapi juga menciptakan sumber pendapatan baru.
Di sisi lain, Lurah Lingkar Selatan Kecamatan Lengkong, Asep Achmad Arifin, melihat kolaborasi antara institusi dan Seskoad sebagai model yang sukses. Menurutnya, dukungan mesin pencacah dan kontainer dari pemerintah setempat sangat penting untuk menunjang kesuksesan sistem pengelolaan sampah yang terintegrasi di kompleks ini. Program Kang Pisman, yang mendorong masyarakat untuk mengurangi, memilah, dan memanfaatkan sampah, menjadi bagian dari upaya ini, dengan hasil yang sangat memuaskan.
Asep menambahkan bahwa keberhasilan pengelolaan sampah tidak bisa hanya ditanggapi sebagai tanggung jawab pemerintah semata. Untuk mencapai tujuan zero waste, seluruh elemen masyarakat harus terlibat secara aktif dan konsisten. Kolaborasi lintas sektor yang kokoh diyakini akan mendorong Bandung menuju cita-cita sebagai kota yang bersih dan berkelanjutan.
Dengan berbagai inovasi dan pendekatan yang humanis, pengelolaan sampah di Kota Bandung dapat dikembangkan lebih jauh. Upaya ini bukan hanya berfokus pada pengurangan sampah, tetapi juga menciptakan ekosistem yang mendukung pertanian dan ketahanan pangan. Jika semua pihak berkomitmen dan terlibat, maka tidak ada yang mustahil bagi kota ini untuk meraih status sebagai kota zero waste.
