www.pusatkabar.id –
Kuliner Nusantara – Menyelami kekayaan kuliner Nusantara, salah satu yang mencuri perhatian adalah Sei, olahan daging asap yang berasal dari Nusa Tenggara Timur. Dalam beberapa tahun terakhir, Sei semakin banyak dijumpai di berbagai kota besar. Namun, meski kini sedang menjadi tren, Sei sesungguhnya adalah hidangan tradisional yang telah diwariskan secara turun-temurun di Pulau Rote.
Kata “Sei” dalam bahasa Rote merujuk pada daging yang diiris tipis memanjang. Nama ini lebih dari sekadar identitas, melainkan mencerminkan kearifan lokal dalam pengolahan daging dengan teknik pengasapan yang bukan hanya berfungsi untuk mengawetkan tapi juga untuk memberikan cita rasa yang kaya.
Keistimewaan Sei dan Teknik Pengolahan yang Unik
Keunikan dari Sei terletak pada metode pengolahannya yang khas. Sejarah mencatat bahwa daging babi atau rusa adalah bahan utama, tetapi seiring dengan berjalannya waktu, variasi menggunakan daging sapi dan ayam pun mulai diperkenalkan untuk memenuhi selera pasar yang lebih luas.
Proses pengolahan Sei dimulai dengan teknik pengasapan yang sangat diutamakan. Daging yang telah dibumbui dan diiris tipis diasap perlahan di atas bara. Teknik ini sangat berbeda karena melibatkan penggunaan kayu dan daun kosambi, yang memberi aroma dan rasa yang khas. Hal ini menciptakan pengalaman kuliner yang tidak hanya memuaskan lidah, tetapi juga memanjakan indra penciuman.
Prosesnya pun memerlukan ketelitian. Bara api kayu kosambi biasanya ditutupi dengan daun kosambi segar untuk menghasilkan asap panas yang tebal tanpa menciptakan api besar. Metode ini tidak hanya membuat daging matang secara merata, tetapi juga menjadikannya kering dengan warna kemerahan yang menggoda dan aroma yang sangat khas. Ini adalah tahap penting yang mencerminkan keterampilan dan tradisi masyarakat Rote dalam menyajikan makanan.
Penyajian dan Pelengkap yang Menggugah Selera
Di tempat asalnya, Sei disajikan dengan cara yang sederhana namun tetap menggugah selera. Sepotong daging asap yang hangat disajikan bersama nasi putih, dan pelengkapnya adalah sambal lu’at, sambal pedas-asam yang terbuat dari campuran cabai, bawang, dan perasan jeruk. Daun lu’at dalam sambal ini memberikan aroma segar yang mengingatkan akan keaslian hidangan Rote.
Berbagai sajian pendamping, seperti tumis bunga pepaya atau sayur daun singkong, hadir untuk menyeimbangkan rasa gurih dan asap dari daging. Kombinasi ini tidak hanya membuat hidangan lebih lengkap, tetapi juga menawarkan pengalaman cita rasa yang lebih beragam.
Sei tidak hanya sekadar makanan; ia merupakan representasi dari teknik pengawetan daging yang telah ada sejak lama di Pulau Rote. Kini, Sei telah berkembang menjadi kuliner khas NTT yang langsung dikenali oleh penikmat kuliner baik di dalam maupun luar negeri. Rasanya yang unik dan cara penyajiannya yang menarik menjadikan produk ini sebagai salah satu olahan daging asap yang paling menonjol di Indonesia.
Dengan memegang teguh tradisi pengolahan yang autentik, Sei tidak hanya menjadi kebanggaan masyarakat Rote, tetapi juga sebagai ikon kuliner Indonesia yang kini telah merambah ke pasar nasional dan internasional. Ini menunjukkan bagaimana kekayaan kuliner lokal dapat mendunia jika dikelola dan disajikan dengan baik.