www.pusatkabar.id – Suara angklung kembali menggema dengan meriah dalam sebuah acara yang mengangkat nuansa kebudayaan di Gedung De Majestic, Jalan Braga No. 1 Bandung, pada tanggal 2 Agustus 2205. Acara tersebut merupakan Intimate Concert Saung Angklung Udjo, yang tidak hanya sekadar pertunjukan seni, melainkan juga peluncuran buku berjudul “Angklung: Dari Tradisi ke Industri”.
Rangkaian acara ini mengisahkan perjalanan angklung, alat musik tradisional dari daerah Sunda, menuju panggung dunia. Dengan suasana yang penuh kehangatan, konser ini berfungsi sebagai jembatan antara generasi dan budaya yang mencerminkan kekuatan seni dalam menyatukan masyarakat.
Wakil Wali Kota Bandung, Erwin, menyatakan bahwa kombinasi konser dan peluncuran buku merupakan manifestasi dari semangat pelestarian dan pengembangan budaya bangsa. Dia menekankan bahwa perjalanan transformasi angklung ke dalam industri kreatif adalah sebuah proses panjang yang patut dirayakan.
Erwin menggarisbawahi bahwa angklung bukan sekadar alat musik tradisional. Bagi banyak orang, angklung adalah simbol harmoni yang menyimpan warisan leluhur dan memiliki potensi untuk menyatukan masyarakat dari berbagai lapisan, bahkan lintas negara.
Selain sebagai atau panggung peluncuran, buku ini menjadi titik crucial dalam mendokumentasikan sejarah dan transisi angklung. Dari ekspresi budaya lokal, alat musik ini telah menjadi instrumen diplomasi yang mengangkat nama Indonesia di pentas internasional.
“Angklung bukan hanya sekadar bunyi bambu yang digetarkan, tetapi merupakan suara Indonesia yang telah mendunia,” lanjut Erwin dengan tegas. Buku “Angklung: Dari Tradisi ke Industri” adalah hasil kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk seniman, budayawan, akademisi, dan komunitas Saung Angklung Udjo.
Isi buku tersebut tidak hanya mencatat sejarah dan perkembangan angklung, melainkan juga mendokumentasikan perannya sebagai sarana edukasi dan ekspresi kreatif. Ekonomi yang tumbuh di sekitar angklung juga mendapat perhatian khusus di dalamnya.
Erwin menambahkan bahwa peluncuran buku ini merupakan bagian dari tanggung jawab bersama setelah angklung diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia oleh UNESCO pada tahun 2010. Pengakuan itu bukan sebuah akhir, melainkan merupakan awal dari kewajiban untuk merawat dan mengedukasi generasi selanjutnya.
Peran Saung Angklung Udjo dalam Pelestarian Budaya
Dalam kesempatan yang sama, Erwin tinggi memberikan apresiasi kepada Saung Angklung Udjo, menjadikannya sebagai institusi budaya yang tak tergantikan. Dengan dedikasi selama puluhan tahun, Saung Angklung Udjo telah menjadi rumah bagi pelestarian budaya dan pendidikan seni yang mendasar.
Saung Angklung Udjo, sebagai institusi yang berperan penting dalam dunia seni, menjadi tempat di mana tradisi dan inovasi dapat berdampingan. Di sinilah generasi muda diajak untuk tetap mengingat dan mempertahankan akar budaya sambil memandang masa depan yang cerah.
Konser intim yang berlangsung selama acara ini menampilkan berbagai komposisi yang menarik, mulai dari musik klasik hingga kontemporer dengan sentuhan angklung yang modern. Lagu-lagu daerah dan aransemen internasional disuguhkan dalam harmoni yang mempesona.
Erwin menjelaskan bahwa budaya harus dilihat sebagai entitas yang dinamis dan terus bergerak bersama zaman. Ia mengajak semua pihak untuk memperlakukan budaya sebagai kekuatan bangsa, yang mampu menjawab tantangan masa depan di bidang ekonomi, pendidikan, dan diplomasi.
“Ayo kita jaga semangat angklung, bukan hanya untuk dikenang, tetapi untuk diajarkan dan diperjuangkan,” ungkapnya semangat.
Pentingnya Mengenalkan Budaya Sejak Dini
Ketua DPRD Jawa Barat, Buky Wibawa, menekankan bahwa pelestarian budaya harus dimulai seawal mungkin. Menurutnya, anak-anak di usia sekolah harus dikenalkan dengan nilai-nilai budaya dan diberikan kesempatan untuk merasakan pengalaman bermain angklung secara langsung.
Pengalaman ini tidak hanya akan membekas dalam ingatan anak-anak, tetapi juga akan mempertahankan rasa cinta dan kesetiaan terhadap warisan budaya mereka. Memori indah masa kecil akan membentuk pola pikir yang positif terhadap budaya yang dihidupi.
“Bermain angklung mengajarkan kita untuk patuh pada aturan, sama halnya dengan kehidupan bernegara. Jika kita semua mengikuti regulasi yang ada, maka bingkai kehidupan akan lebih tertib dan teratur,” ujar Buky.
Transformasi angklung dari sebuah alat musik tradisional menjadi alat pendidikan dan menjadikan diplomasi budaya sebagai salah satu poin penting menunjukkan perkembangan yang signifikan. Semua ini menjadikan musik tradisional sebagai fondasi utama bagi kemajuan musik Indonesia.
“Untuk musik Indonesia agar bisa maju, kita harus kembali ke sumbernya, yaitu musik tradisi,” jelas Buky. Dari sana, lanjutnya, karya-karya yang luar biasa akan lahir dan memberikan warna yang beragam dalam perkembangan seni dan budaya.
Menjaga Semangat Angklung dalam Perkembangan Zaman
Keberadaan angklung di ranah internasional menunjukkan bahwa alat musik ini tidak hanya sekadar alat hiburan, tetapi juga mengandung nilai edukatif dan diplomatik yang tinggi. Ada tanggung jawab besar dalam memastikan bahwa generasi mendatang tetap dapat mencari nilai dari alat musik ini.
Di era globalisasi ini, angklung harus tetap dipandang sebagai aset budaya yang dapat membuka banyak peluang, tidak hanya untuk pelestarian, tetapi juga untuk perkembangan ekonomi kreatif. Terlebih, ketika angklung diangkat ke panggung dunia, ia dapat menarik perhatian dan menciptakan dialog antara budaya.
Keberlangsungan tradisi ini akan bersinergi jika didukung oleh inovasi yang tepat. Generasi muda diharapkan mampu mengambil napak tilas dan memahami bagaimana alat musik ini telah berevolusi, serta cara-cara baru yang dapat diusulkan untuk mendorong perkembangan kultur ini ke depan.
Melalui inisiatif yang matang, angklung dapat menjadi jembatan yang menghubungkan generasi dan budaya. Dengan satu irama, harapan akan terjaga, sehingga suara angklung terus hidup dan menggema dalam setiap langkah, tak hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia.
Pelestarian angklung tentulah tidak hanya tanggung jawab pemerintah atau institusi tertentu. Namun, setiap individu juga memiliki peran dalam menjaga nyala semangat budaya ini. Dengan kolaborasi antara berbagai pihak, kita bisa memastikan bahwa warisan ini takkan hilang ditelan zaman. Oleh karena itu, mari generasi saat ini menjadi agen perubahan yang mendukung keberlangsungan budaya angklung yang kaya dan berharga.
